(ditulis hari sabtu)
Sorak gembira!
Sabtu datang, orang-orang riang. Weekend, begitu mereka bilang.
Lepas penat selama berkerja. Belajar yang susah-susah.
Menelpon karib.
Sahabat.
Teman sejawat.
Sabtu datang, orang-orang riang. Weekend, begitu mereka bilang.
Lepas penat selama berkerja. Belajar yang susah-susah.
Menelpon karib.
Sahabat.
Teman sejawat.
“Hi! Let’s meet up!”
“Sure.”
Sepeda motor berhenti di depan kafe. Angkutan umum. Atau pejalan kaki.
“Hi!”
Kemudian orang-orang melakukan hi-five
Dua orang karib. Tiga sahabat. Empat teman sejawat.
Memilih kursi. Dekat jendela.
“Latte!”
“Lemon tea!”
Kemudian bincang-bincang ria.
“Bagaimana kabarnya?”
“Dia?”
Kemudian orang-orang melepas tawa. Berbincang rahasia.
Handphone berdering.
BBM. Whatsapp. Line. Snapchat. Path. Kik. Skout. Berbicara dunia yang fana.
“Ini dia,”
“OMG Baby face!”
“Babi face!”
Kemudian orang-orang tergelak.
Kemudian aku;
Aku turut menghabiskan sabtuku. Di rumah. Di kamarku. Dengan poles cat hijau. Jendela yang kututup setengah tirai. Kipas angin yang dinyalakan kencang-kencang.
Segelas kopi.
Secangkir teh barangkali.
Buku dengan kisah paling seru.
Bukuku.
Buku dengan kisah paling sedih.
Buku pinjaman.
Setelah itu komputar lipat; menulis atau menyetel musik.
Bernyanyi parau. Merekam suara.
Sendirian. Sendirian.
Kadang adikku datang, bergoyang-goyang. Me-riang senang.
Tapi kemudian ia pergi lagi. Bermain lagi.
Kamarku lengang. Aku sendirian.
Sendirian. Sendirian.
Sesederhana itu caraku menghabiskan sabtu.
Dan kuceritakan juga cara orang-orang menghabiskan sabtu mereka.
***
***
Orang-orang dengan kafe mereka,
Aku barangkali,
0 komentar:
Posting Komentar