Jumat, 27 November 2015

Apakah kamu bintang?

“Apakah kamu bintang?”

Lelaki itu diam. Rambut ikalnya dimainkan angin. Matanya menghujam pada langit.

“Apakah kamu…”

“Diam,” desis lelaki itu.

“Apakah kamu bintang?!”

“Aku bukan bintang dan apa urusannya denganmu?!”

Yang bertanya terkikik. Tertawa karena merasa menang pertanyaan telah dijawab walau bukan sesuai harapannya.

Lelaki yang ditanya jengkel ditertawai.

“Aku bukan bintang, dan berhentilah tertawa!”

Suara tawanya tidak padam.

Lelaki itu semakin jengkel, dan pandangannya ia lemparkan kepada orang yang bertanya.

“Baiklah-baiklah,” kata sebuah suara yang tadi tertawa. “Aku yang bintang. Kau bukan.”

Lelaki itu menatap aneh si penanya. Apa-apaan maksudnya?

“Benar. Aku bintang. Aku cemerlang. Aku terang.”

Lelaki itu diam.

“Tapi aku hanya bisa menyukaimu dengan cara paling kelam. Aku tahu siapa kau. Julukanmu adalah Gulita, bukan?”

Lelaki itu mengangguk.

“Dengan segala cahaya yang aku miliki. Aku menyukai lelaki gelap, dan aku memilih untuk redup.”

“Menyukaiku? Redup?” Tanya Si Lelaki.

“Seharusnya kau mengerti. Atau aku akan kembali.”

Tapi lelaki itu benar-benar tidak mengerti. Jadi ia diam saja.

Si Penanya dengan segala kejanggalannya terlihat muram. Lalu ia menebar sayap, terbang, dan hilang.

Lelaki itu heran. Tapi empat detik kemudian ia terbangun, di sebuah kamar bercat hitam.

“Bintang!” teriaknya kalut.

Sejak saat itu, Si Lelaki yang ditanya tidak pernah bisa lagi mendapati cahaya. Dimana-mana.



***
Tikus, 2015


pic by google

0 komentar:

Posting Komentar

Ad Banner

Ad Banner
keles

About me

Laman ini,

Biar jadi rumah para gerutu.

Keluhku pada langit abu-abu.