Sore ini, duduk takzim dan menulis di bangku-bangku semen dekat perpustakaan adalah sesuatu yang mendamaikan.
Hilir angin.
Suara-suara tendangan bola dari ujung lapangan.
Nyanyian-nyanyian dari kelas musik.
Aku melihat kesuluruhan di sore.
Ini jauh sekali dari ekspetasiku. Dulu sekali. Ketika aku masih duduk di Sekolah Dasar dan membayangkan masa depan.
Ketika aku menengah atas, aku akan jadi orang penting di kelas, punya banyak teman, dan jadi orang menyenangkan.
Ketika aku menengah atas, setelah pulang sekolah, aku akan pergi bersama teman-temanku, menongkrong di kafe-kafe, dan mengerjakan proyek-proyek mengesankan.
Itu hanya ekspetasiku dahulu.
Dan kini aku sudah benar-benar di menengah atas.
Empat taun terlempar jauh dari sekolah dasar.
Dan ekspetasiku berantakan.
Aku berada di sebuah lembaga menengah atas. Tumbuh dan berkembang.
Aku berada di sebuah lembaga menengah atas, menetap dalam waktu yang lama. Dan sekarang berada di titik jenuh.
Hey, aku bukan orang yang cukup menyenangkan. aku juga tidak pergi bersama teman-temanku, dan menongkrong di kafe-kafe.
Aku menetap. Di sekolah berasrama dan seringkali didera sepi. Apa yang harus disalahkan. Aku tidak salah memilih, kan?
karena di tempat ini juga, aku berkembang.
Tapi memang ada sesuatu yang salah.
Aku kembali ke asrama yang sama selama bertahun-tahun. Menatap jerih sekaligus jenuh dengan tataan kasur dan lemari-lemari. Menertawakan humor yang sama berulang-ulang.
Hey, ini bukan ekspetasiku.
Kesepian, bosan, dan melempar-redam segala yang meledak-ledak di kepalaku ke mana. Monoton dan menyedihkan. Kalau kini, seseorang lihat aku, aku yakin semua menganggapku biasa saja. Tapi kenyataannya bukan begitu, kekecewaan akan ekspetasi yang berantakan bukan hal yang biasa. Bukan hal yang sederhana.
Pertanyaan-pertanyaan atas logika-dunia yang sama sekali belum terpecahkan. Aku butuh jawaban. Dan kurasa, menengah atas adalah waktunya. Tapi bagaimana bisa untuk menemukan jawaban kalau berada di lingkup yang sama sekali tidak ada ubahnya.
Sesuatu meledak-ledak di kepalaku.
Ini hanya segelintir kecil dari argumentas-argumentasiku tentang itu. Sesungguhnya, aku masih bersyukur bisa ditempatkan di suatu lembaga pendidikan dan berkembang.
Syukurku juga, masih ada teman yang menganggapku semenyenangkan itu.
Terimakasih. Semoga kegetiran-kegetiran itu bisa terlempar-redam.
***
Pertanyaan-pertanyaan atas logika-dunia yang sama sekali belum terpecahkan. Aku butuh jawaban. Dan kurasa, menengah atas adalah waktunya. Tapi bagaimana bisa untuk menemukan jawaban kalau berada di lingkup yang sama sekali tidak ada ubahnya.
Sesuatu meledak-ledak di kepalaku.
Ini hanya segelintir kecil dari argumentas-argumentasiku tentang itu. Sesungguhnya, aku masih bersyukur bisa ditempatkan di suatu lembaga pendidikan dan berkembang.
Syukurku juga, masih ada teman yang menganggapku semenyenangkan itu.
Terimakasih. Semoga kegetiran-kegetiran itu bisa terlempar-redam.
***
0 komentar:
Posting Komentar