Rabu, 10 Agustus 2016

(MY) BIGBANG THEORY


illustration by Shelia

Kalau segala kepayahan itu menyesap dalam diriku, segala yang buruk seakan membentuk sebuah satu. Bertalu-talu. Memadat-madatkan isi. Maka sedihku, adalah hal terburuk dalam hidup
Jadi kusempatkan diri untuk belajar.
Dari sebuah materi pelajaran Geografi.
Tentang teori penciptaan alam semesta.
Teori Bigbang.
_______

Aku orang yang gampang sedih. Gampang marah. Gampang nyumpah serapah.
Ku bisa disebut emosional. Tapi jangan kebanyakan, nanti terkenal.

Jadi siapa yang tau, kalo aku adalah yang gampang sedih, marah, dan gemar menyumpah serapah?
Ngga ada. Paling cuma segelintir orang, yang mereka mengerti aku –tapi ga peduli, yang aku cuma jadi ampas kopinya kalo mereka lagi minum kopi. Dalam kurung; nggak penting
.
Jadi karena aku sangat nggak ingin dinilai sebagai temen cengeng dan berlebihan, jadi hal kayak gitu kusembunyikan. Karena aku yakin, aku bukan orang yang demikian. Mereka yang cengeng dan berlebihan mah pasti akan senang menunjukan.

Aku enggak.

Aku enggak gitu.

Aku tau ini karakter. Dari lahir. Dari kukecil.

Ingat, waktu ku SD dulu, ketika aku lagi nonton sinetron kesukaanku, terus (alm) mbah utiku datang, dan bilang acaranya nggak bagus. Aku langsung tersinggung dan nangis di paha ibu. Aku nggak ngerti kenapa aku bisa se-mudah menangis itu. Tapi yang jelas, ini adalah bukan hal yang disengaja.

Jadi hal seperti itu kusembunyikan saja. Pada banyak kesempatan di jeda waktu, aku menjadi sesuatu yang begitu penyedih dan kaku. Gairah tentang semangat belajar dan tertawa rasanya hilang, karena setitik saja perasaan buruk hinggap di benak, itu telah membuatku terengap-engap dan hampir mati.

Aku sadar, nggak bisa aku terus-terusan begini tanpa mengerti bagaimana perasaan menyita ruang dan membuatku seakan hilang.

Jadi aku hanya harus. Menemukan. Sebuah penjelasan.

Pernah ku belajar tentang teori penciptaan alam semesta. Pelajaran Geografi di kelas sepuluh. Dan sebuah teori dari sekian teori yang bisa kupilih, telah menarik perhatianku; Teori Bigbang. Teori yang paling kuhafal dan memudahkan dalam ulangan.

pic by pinterest illustrator

Biar kucari pengertian Teori Bigbang menurut beberapa sumber, jadi Teori Bigbang adalah;

Teori yang berpendapat bahwa, alam semesta berasal dari atom padat yang terus memanas kemudian mengalami ledakan yang sangat dahsyat, dan terbentuklah alam semesta.

Nah.

Sama seperti pengetahuan yang terserap di pori-pori kepalaku, aku berpikir agaknya Teori Bigbang sangat klik dalam menggambarkan keadaanku ketika begitu sedih dan angin-angin dingin selalu seenaknya membolong-bolongi liverku tanpa minta izin.

Ketika aku sedih, aku selalu kaku. Diam dulu selalu. Tanpa menangis atau berkata memaki-maki. Tapi sebenarnya itulah saat-saat terberat dalam peranku sebagai penyedih. Itulah titik paling sedih. Ketika semua, rasanya kaku. Ketika untuk bangun buat minum pun aku tak mau.

Kalau di rumah, kubunuh waktu paling muramku dengan menelungkupkan tubuh di kasur. Diam saja. Memandangi seprai atau terpejam –yang jelas tidak tidur, berpikir, berspekulasi, merakit praduga.

Di situlah aku merasa bagai atom, yang memadat madatkan diri. Dan memanas, mengatur suhu jiwa, menahan waktu untuk meledakannya sampai aku bisa.

Biasanya, cukup lama aku diam.

Tapi setelah itu, setelah rasanya aku sudah menjadi atom yang sangat padat, dan panas, maka meledaklah aku.

Keluarlah sumpah-sumpahku. Tumpahlah air mata sialanku! Menangislah aku sejadi-jadinya. 

Tanpa suara. Tanpa banyak kata.

Kuinjak-injak waktu demi menyadari kenapa aku bisa menangis. Kenapa harapanku kalah. Kenapa aku tersisih dan terpisah!

Kumaki-maki segala macam ideologi dari mereka yang kubenci. Teriaklah aku tanpa nada, meledaklah berserpih-serpih aku!

Aku telah jadi atom yang meledak!

Telah kuciptakan semesta baru!

Dalam ledakanku yang kubuat sendiri, aku tertawa. Tertawa kenapa aku begitu gila dan menghabiskan banyak mineral karena telah diolah menjadi air mata.

Aku tertawa, kemudian atas banyak perkara, aku berusaha menerima.

Telah kuciptakan semesta yang sangat luas, lantas mengapa aku masih menjadi begitu penyedih dan pemarah? Kutanya diriku. Kuperhatikan tubuh itu dicermin, wajahnya, menyeringai, kemudian tersenyum, tipis bagai garis. 

Ada mata yang sembab dan berkaca-kaca. Kemudian berbisiklah suara, itu dia, dirikuBahagiakanlah ia, juga waktu.

Setelah peristiwa yang amat lelah itu, biasanya, kulelapkan diriku. Bersama lagu yang disetel dengan volume rendah. Menemani malam panjang yang hanya jadi milikku.
Paginya, kusempatkan lagi bercermin. Tersenyum lebih lebar lagi. Hey, akan dimulai lagi hariku.

Begitulah, selalu kuciptakan semesta baru apabila ragu. Apabila debu rasanya terlalu menjijikan untuk hinggap dalam relung jiwaku.

Dan apabila hari-hari kembali berjalan dengan tidak begitu baik,tetap akan kupraktekan lagi teoriku. Teori Bigbang-ku.

    pic by pinterset illustrator
     
Telah kucipta semesta baru.

     _______


3 Agustus 2016






0 komentar:

Posting Komentar

Ad Banner

Ad Banner
keles

About me

Laman ini,

Biar jadi rumah para gerutu.

Keluhku pada langit abu-abu.