SBMPTN ujian tulis sudah saya lewati.
Di 16 Mei, Untirta, saya isi soal-soal yang bisa diiisi. Saya isi juga pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu saya mengerti.
Biarin.
Atau memaksa saya tetap di sini; tidak meninggalkan rumah
Enak saja aih.
17 Mei-nya
Saya berangkatkan kaki menumpangi bus kota
Ganti mode Bahasa ok: Jadi gini, ada ujian keterampilan di UNJ
Dan gue akan ngikutin prosedurnya, tentu.
Sebelumnya, gue mau kasih tau kalo gambar-gambar di bawah yang mungkin gue pake bukan punya gue oke. Jadi jangan ngira gue yang jepret ya, gue nggak punya kamera
Lanjut
Jadi jam empat pagi tujuh belas Mei, dengan senang hati, ketika bus lewat, gue pergi. Yaaa menuju Jakarta Timur.
Yaudahlahya, semoga ada jalannya
Terus nggak lama, ketika gue udah pasrahkan semua dan mau tidur aja biar nggak kerasa kekhawatiran yang dari tadi bising di dada, mang kenek bangunin gue, tiba-tiba nyuruh turun, padahal gue tau itu tuh belum nyampe Pulogadung?
“Neng, turun sini aja neng. Deket dari sini Pulogadung mah.”
Hah? Tapi gue manut aja hengkang bersama tiga orang bapa-bapa lainnya turun dari bus Arimbi itu.
Gue tau jalannya aja engga? :( Suruh jalan kaki ke Pulogadung! Sedang itu udah hampir jam 8.
Gue yang buta arah niatnya mau ngikutin bapa-bapa itu aja tapi yaampun? Jalannya mereka itu cepat banget aje gile kaya si Marlan Qua kalo lagi tracking!
----ngetawain dengan nunjukin cahayanya, nunjukin kalo sekarang udah bukan jam tujuh lagi
Mimpi kamu untuk berbahagia sebagai pegiat seni dan bersenang-senang dengan ilustrasi sudah hangus dibakar saya dan waktu hahahahaha, tawa matahari.
Yah.
Pas w coba cari matahari, dia udah nggak keliatan lagi. ape lo?
Kemudian tanpa mau kehilangan kesempatan langsung aja ya gue minta anterin si mamang ke lokasi dan terengtengteng ternyata udah deket banget UNJ dari situ. Waduh w bayarnya dua puluh rebu lagi ah. *tapitetapbersyukur*
Oi Dewi dimane lo? Ah si Dewi pake susah dicari segala.
Bingung, i came closer to information center and found mbak-mbak to be asked, Arini Rachmatika peserta ujian keterampilan seni rupa ini harus kemana ya?! Alhamdulillah langsung yahud! The info was clear. Gue langsung naik ke lt. 9 karena ternyata itu udah gd. Dewi Sartika, gaes.
Di ruang itu, yang di kaca jendelanya tertera nama w, the room was really really quiet. W nggak tau itu udah mulai apa belum tapi ya Allah segitu banyak orang nggak ada suara, mereka ngebiarin aja gitu ketuk sepatu gue ngisi ruangan hampa suara sambil celingak-celinguk nyari nomor peserta di bangku. Ketika dapet, gue makin waswas aja, ini ujiannya udah mulai apa belom yaa? Hening banget?!
About 15 minutes i sat there quietly, without questioning anyone, only put hopes deeply in my heart, sampe akhirnya kertas soal dibagiin. Dan yep, boleh di buka. Dan ininih yang namanya wartegg test. Idk why this test called like that, but it all contains basic shape as stimulus alias perangsang kita bisanya gambar apa.
On the first page there were 25 lil rectangles dan kita diminta gambar di sana berbagai macam alat rumah tangga. Abis itu dikasih judul yang kita gambar tuh apaan. Saking waktu yang dikasih sedikit, w begitu absurd sampe bikin gambar kain aja gitu di salah satu kotak dan w kasih judul kain penutup mayat? W bikin keranda sarkofagus, tongkat ajaib Harry Potter, sepatu kulit kucing (gue gambar sepatu abis itu dikasih kumis), dan belasan gambar lain yang absurd nan tak berbentuk.
Lembar ke dua, ada 25 segitiga. Lebih menantang nih. Kali ini gue andaikan segitiga itu sebagae benda tajem, gue gambar kaki di atasnya. Dan tebak gue kasih judul apa? Saking nggak kepikirannya, gue kasih bahasa anak ayam aja kalo itu adalah ‘pencelaka kaki manusia’. Hah? Nggak ada epic-epicnya! Terus ada juga yang segitiga itu gue andaikan perosotan, peletus balon, kertas origami, rumah tikus (dengan nambahin pintu tikus), rumah hantu, dan makin bawah makin absurd~
Belum selesai ke -25 segitiga gue gambarin, waktunya udah abis. Padahal gue tau di belakang masih ada dua lembar soal lagi yang artinya ada lima puluh soal tersisa. Itu juga artinya 12 menit untuk… 100 soal?! *cri*
W pasrahkan. W pasrahkan. Tengok kanan kere dan belakang kok ya sama aja mereka juga belum selesai. Tapi udah ada yang nyampe lembar ke –tiga sih hemz.
Ah selanjutnya gambar suasana. Ujian yang udah sekian bulan w latih. Sekarang lah puncaknya.
Kertas soal dibagiin. Ada dua soal di sana. Boleh pilih salah satu.
Kondisi pertama; Bayangkan anda adalah seekor cicak yang sedang merayap di dinding sebuah warung di pasar tradisional. Di sekitar anda sedang terjadi transaksi jual beli. Ada pembeli yang sedang memilih-milih belanjaan, ada sayur, ikan, daging. Juga ada orang yang sedang mengeluarkan uang dari tasnya. Gambarkan kondisi tersebut!
Kondisi kedua; Bayangkan anda adalah seekor kupu-kupu yang sedang terbang di sebuah taman kota. Di sekeliling anda banyak pohon rimbun dan berbagai macam bunga yang bermekaran. Banyak pengunjung yang sedang menikmati keindahan taman. Beberapa sedang menggelar tikar dan makan minum di sana. Beberapa sedang berjalan-jalan. Sedang ada juga yang sedang selfie. Gambarkan kondisi tersebut!
Begitu ngeliat soalnya dan baca dengan seksama, gue ngerasa tertantang sih buat gambar kondisi yang pertama dengan ngebayangin begitu ramenya pasar dan pengalaman gue pas latihan gambar yang demikian. Di lima menit pertama gue coba bikin perspektif satu titik hilang beserta orang-orangnya. Eh tapi kemudian gue sadar waktu yang gue punya cuma satu setengah jam, padahal gue kan biasa latihan makan waktu dua hari! Walau kepotong kegiatan ini itu tapi kan ya… 1,5 jam nggak bisa ngebayar apa-apa.
And suddenly time was up and just plop! Kertas a3 gw diambil paksa. Nggak dipaksa juga sih hehehe tapi ya gitu deh lagi-lagi gue terlambat.
Terus gue nanya ke peserta sebelah, apa pas tadi gw terlambat udah ada ujian gambar yang belum w ikutin? Fortunately, He said there was no test that I've skipped.
Karena yang gue tau ada tiga sesi ujian, dan yang belum diuji yaitu menggambar still life, akhirnya gue berpikir mungkin gue bisa mengandalkan jackpot di sana. Dengan harapan gue nggak terlambat lagi. Eh tapi panitianya bilang ujian selesai. Dan itulah ujian gue; Late on that both sections.
Kacao rasanya.
Gue turun lift dengan kepala pusing, mual, dan kekhawatiran yang sangat aduh.
Terus karena masih siang, gue menolak pulang. Setelah makan ayam bakar kantin UNJ yang kok enak banget, gue nonton pentas seni-nya FBS alias fakultas Bahasa dan seni. Pas banget iya nggak, gue datang dan mereka bikin pentas seni. Geer tingkat dewa ya jangan ditiru lah pemirsa.
Ada musikalisasi puisi, nyanyi-nyanyi yang enjoy sekali, joget massal, tari Jerman, nyanyi mandarin, sampe live painting ada loh di sana. Dan w baru pulang sore, soalnya bener-bener baru angkat kaki pas acaranya udah ditutup sih ehehe.
Terus gue nanya ke orang yang duduk di sebelah, “How could i go out from here?”
Bohong lah, nanti kalo ngomong kek gitu gue malah dikira kumur-kumur, lagi, jadi, "Eh jalan keluar dari sini ke arah mana ya?"
Bohong lah, nanti kalo ngomong kek gitu gue malah dikira kumur-kumur, lagi, jadi, "Eh jalan keluar dari sini ke arah mana ya?"
Eh eng ing eng dia malah lenggeleng nggak tau. Rupanya dia bukan mahasiwa. Perlu dicurrygai.
Jadi yaudah deh, gue cari, dan ketemu, dan bingung, gimana w bisa balik lagi ke serang ya? Mungkinkah ke Pulogadung terlebih dahulu?
Gue nunggu agak lama di pinggir jalan. Got confused. Terus nanya ke orang, “Pak, bus ke Pulogadung sebelah sini apa di seberang ya?”
“Oh kalo Pulogadung nunggunya di seberang dong, dek. Nanti kalo ada metromini 4.9 naik aja.”
“Oke oce pak. Tengkyu.” Nggak gitu sih ngomongnya padahal hehehe.
I crossed the highway and waited for a looooong time, such a long time. Tapi nggak ada tuh metromini 4.9 adanya juga 4.7 yang bertujuan ke Pulo Gebang –yang bahkan w nggak tau itu dimana. W menunggu. Lama. Sumpah, lama banget. Kepikiran sih buat naik busway aja tapi kan ya sayang juga beli e-ticket yang tak kupunya seharga 40K dan dipake itu doang. Akhirnya gue tetap menunggu. Sambil jalan kaki menuju halte terdekat, gue berharap cepet sampe rumah.
Sebenernya banyak bajaj lewat tapi dari awal gue khawatir harganya bakal ngembat. Tapi karena matahari hampir tumbang dan gue nggak punya kendaraan untuk ditumpang, akhirnya, dengan gagah berani ku-stop bajaj, “hey kau mamang bajaj mari antar aku ke pulogadung hari sudah mendung!”
Hehe nggak gitu. Gue tanya tarif ke pulogadung berapa eh dia bilang 25. Tuh kan mahal! Akhirnya dengan jurus tawar menawar yang barusan gue pelajari dari internet ampuh membuat si supir menurunkakn harga jadi 15K. Yeay!
Nah sampai pulogadung gue belum bisa istirahat dengan tenang karena ternyata… tidak kutemui satupun bus luar kota. Padahal itu terminal udah sampe gua puterin.
Hingga ada mamang angkot bersandang anduk di leher yang sedang menunggu penumpang kudekati, kutanyai, “Pak, kalo bus luar kota ada nggak ya dari sini?”
“Luar kota mana?”
“Ke Serang, Pak. Serang, Banten.”
Dan eng ing eng. Sang mamang menjawab,
“Oh nggak ada dek dari sini. Coba naik bus ke Kp. Rambutan nah dari sana banyak tuh bus ke serang.”
“Oh gitu. Makasih ya, pak.” Kata w sambil berlalu.
“Ati-ati dek, tasnya gendong depan aja.”
Gue turuti nasihat si bapak dan melanjut perjalanan dari bajaj ke bus menuju Kp. Rambutan. Aih sedap.
Di bus yang tidak berase, begitu gue naik, ada para sampah ibu kota yang terus ganti-gantian minta uang dengan embel-embel betapa susahnya cari kerja di Jakarta, jaminan atas diri mereka sebagai orang baik-baik, dan akhirnya, minta belas kasihan orang-orang untuk makan. Bukan untuk minum-minum lho, bang.
Mereka anak-anak muda. Sehat. Tatoan kayak Young Lex. Kenapa nggak ngerap aja? Ehehehe terus karena gue takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ya selalu gue kasih lah mereka dua ribu rupiah.
Tapi pas dua ribuan gue udah abis sedang merekanya belum, gue pindah duduk deket bapak-bapak berwajah baik biar aman.
Ternyata lama ya perjalanan dari Pulogadung ke Kp. Rambutan? Dari terminal ke terminal. Sekitar satu jam mungkin? W gerah, sedang hape udah lowbatt dari gue di Pulogadung tadi.
Nggak ada satupun yang bisa gue hubungin. Kok mantap.
Kemudian terbayanglah lirik lagu 93 Million Miles yang mendukung suasana:
Just know~
Wherever you go~
No, you never alone~
You will always get back home~
I love u Mr. Mraz!
Dan gue ketiduran. Terus kelabakan ketika bangun. Ini udah sampe rambutan belum?! W nengok belakang dan bertanya pada pak kenek yang kemudian menenangkanku dengan ‘belum’ yang terucap dari bibirnya.
Ih.
Gue berusaha tetap buka mata hingga tiba di rambutan.
Sampai sana gue masih gelisah karena bus serang belum kunjung melintas. Untuk menstabilkan diriku, menyingkap gerah, gue duduk di tenda tukang minuman dan mesen teh manis.
“Mau ke mana neng?”
“Serang, Pak. Ada kan ya bus dari sini?” W sekedar memastikan. Hari hampir magrib.
“Ada, tunggu aja.”
Tenang kan gue digituin.
Es the manis diberikan dan gue bales dengan harga setimpal. Haus hilang. Dan di sedotan yang kesekian,
“Mau pulang sekarang, neng?”
“Iya pak!”
“Itu busnya.”
Alhamdulillah.
“Ati-ati, neng.”
Akhirnya gue naik bus Serang juga! Langsung lah gue sandarkan punggung di sana, merasa amat sangat lega, dan nggak lama ada ibu-ibu yang duduk di sebelah.
“Mau ke mana, neng?”
“Serang, Bu. Ibu mau ke mana?”
Pas gue rasa gue capek banget dan mau merebah punggung sambil pejam mata alias tidur, gue titip pesan pada sang kawan se-per-dudukan.
Untuk bangunin w kalo udah nyampe Serang.
Dan sebelum ibu itu bangunin, gue udah bangun duluan terus nanya. “Dimana ya ini, Bu?”
“Bentar lagi gerbang tol Serang.”
Kemudian bus berhenti di Patung. Kuucap dadah dengan “Duluan ya bu.”
Begitu turun langsung lah gue minta anterin tukang ojyek ke rumah.
Sampe rumah w ditanya-tanya dan cerita seperti yang di atas.
Tips dari gw;
a. Latihan menggambar sesering mungkin, jangan kayak w, yang baru getol latihan enam bulan menjelang ujian, itu nggak cukup.
b. Sering-sering buka youtube dan pelajari soal-soal stimulus dan latihan.
c. Iya, jangan remehin soal-soal stimulus kayak gitu. Dipikir awalnya emang gampang, tapi dengan waktu se-pelit itu ya bakal tetep kelabakan.
d. Management waktu, bisa jadi itu satu-satunya hal yang bisa mencelakakan lo.
e. Bangun lebih pagi kalo lokasi ujiannya di luar kota kayak gue.
f. Dan yang nggak kalah penting, pahami rute dan selalu bawa charger. Thankyou.
tikus,
May, 18, 2017
May, 18, 2017
0 komentar:
Posting Komentar