Rabu, pukul enam –kau tahu
Gerimis
baru saja habis, menyisakan genang skeptis
Hujan
di blok-blok kumuh memang kadang malah begitu congkak
Turun
semaunya
Persetan
ia masalah bencana dan rencana
Orang-orang
berteriak,
Hujan
telah usai, mari kita jemput rezeki yang belum sampai
Masih
Rabu, pukul enam lewat satu –kau juga tahu
Lelaki
tua itu, dengan gitarnya yang rapuh; di dalamnya koloni rayap berteduh
Memainkan
lagu, jari-jarinya memetik satu-satu
Seluruh
tubuh lelaki itu kaku, hanya tangannya yang tak dibiarkan hinggap di sana ragu
Terdengar
irama, suara hampir tak bernada
Menggantung
di gendang telinga, lelaki tua itu. Saja.
Hari
ini hari Rabu; pukul enam lewat tiga puluh –kau selalu tahu
Sudah
tak terdengar lagi irama yang tak perlu, bahkan suara
Tak
ada tempo di mana jarinya memetik malu
Ketika
sebelumnya hanya tubuh yang kaku, sekarang jari itu mulai beku
Tak
ada lagi hangat, apalagi detak
Gerimis
rintik lagi
Selanjutnya
lebat hujan menyapu.
Lelaki
itu, seperti yang kau juga tahu; telah berlalu
Dengan
gitarnya, dalam peluk abadi surgawi seorang musisi
illustration by unknown artist
Arini
Rachmatika,
30
September 2016
0 komentar:
Posting Komentar