pic by google picture
Menetapi Sepi
Oleh Arini Rachmatika
Oleh Arini Rachmatika
Dan ketika yang lain tengah melenggang, beranjak menghirup
udara kepulangan.
Sang sepi datang menghampiri. Bertanya kabar. Sudah biasa. Tidak kau gubris.
Perihal menetap bukan perkara mudah.
Dan nyanyian sendu bersegera menelisik sela-sela telinga.
Sedih? Tentu tidak.
Cerita-cerita siang menggantung, mengudara.
Mengulangi setiap jengkal kisahnya.
Senang? Tentu sangat tidak.
Sesungguhnya kau hendak berbincang-bincang banyak sekali.
Tentang pagar rumah dan kelas sekolah.
Tentang mengapa dan bagaimana.
Tapi ketika engkau mencoba mendengar,
kata-kata mereka bukan ditujukan padamu.
Begitu terus. Sampai seterusnya.
Dan sang sepi berusaha menahan tawa.
Kepadanyalah seharusnya engkau berkata-kata.
Sang sepi datang menghampiri. Bertanya kabar. Sudah biasa. Tidak kau gubris.
Perihal menetap bukan perkara mudah.
Dan nyanyian sendu bersegera menelisik sela-sela telinga.
Sedih? Tentu tidak.
Cerita-cerita siang menggantung, mengudara.
Mengulangi setiap jengkal kisahnya.
Senang? Tentu sangat tidak.
Sesungguhnya kau hendak berbincang-bincang banyak sekali.
Tentang pagar rumah dan kelas sekolah.
Tentang mengapa dan bagaimana.
Tapi ketika engkau mencoba mendengar,
kata-kata mereka bukan ditujukan padamu.
Begitu terus. Sampai seterusnya.
Dan sang sepi berusaha menahan tawa.
Kepadanyalah seharusnya engkau berkata-kata.
15 oktober 2014
0 komentar:
Posting Komentar