Walau tulisanku tentang teman memang selalu payah, tapi
selalu ada kehendak untuk terus menulis tentang ini. Ya, tentang teman. Tentang
mengapa dan bagaimana-nya.
Kau… selalu ada rasa aneh. Bertahun tahun. Tentang rasa yang
kadang menyenangkan ataupun tidak. Bertahun-tahun. Bukan satu-dua, tapi hampir
empat.
Kau… entahlah kenapa mesti diperjuangkan. Kenapa rasanya
tetap tidak ada yang menggantikan. Tulisanku, keluh kesahku, selalu tentang
kau. Padahal sebenarnya aku tahu, kau teman dan akan selalu menjadi teman. Tapi
rasanya selalu payah. Keinginanku untuk bisa berteman merupakan ambisi besar.
Dan kau adalah objectnya. Object? Benar kan kalau ini terlalu payah.
Sudah di tahun keempat, dan rasanya masih sama. Kekhawatiran
dan keinginannya masih sama. Masih, tidak ada yang berubah. Hanya kau, hanya
kau yang berusaha merubah dirimu sendiri.
Fakta atau fiksi-nya bahkan selalu payah. Kabur. Tidak ada
yang pernah menelaah. Kecuali kau, yang kadang bahkan tidak ingin ada seorang
pun yang mengetahui, bahkan dirimu sendiri.
Payah-kan tulisan ini? Bahkan saat menuliskannya pun aku
tidak tahu aku sedang sadar atau tidak.
Teman. Namanya ‘Kau’. Entah sejak kapan aku menyebutnya
begitu. Dapat kosa kata darimana atau siapa. Tapi keren kan? Seperti tulisan
sungguhan. Memangnya ini bukan tulisan sungguhan? Entahlah, hanya pembacanya
yang bisa geleng-geleng kepala dan tetap tidak mengerti apa.
Tidak tahu sudah berapa menit jemariku menari diatas keyboard
yang tidak terlalu empuk. Suara motor mendekat. Tidak ada hubungannya dengan
teman. Tapi aku berkeputusan. Untuk mengakhiri.
Wasalam.
pic by google picture

0 komentar:
Posting Komentar