Lelaki itu menggigit bibirnya.
Lima puluh dua ia,
Punya kepala isinya hanya benci dan caci.
Bosan merutuk sendiri
Orang-orang kira ia ramah penyabar.
Tak terdengar sekalipun umpat kasar.
Hanya ceruk senyum berpendar
Sial waktu-waktu jemu selalu beri salam
Tertawalah hari-harinya bersama kawula anak muda
Siapa yang tahu,
Ia adalah pembenci, rahasia bagi diri sendiri
Cih, dasar
bedebah kau aku gerah!
Pekiknya dalam hati
Anak istrinya pergi, hidup adalah sepi
Manusia-manusia bergantian hinggap
Di kepala, di otak, menggerogoti benak
Cukup sudah aku
tak bisa terus bersahaja
Lelaki tua itu muak tapi tetap tertawa
HAHAHAHA(LAH KAU
BAJING)
Jing.
Pak tua masih ingin dengar bunyi kerincing.
Cing.
Ia tewas diterkam kucing.
Arini Rachmatika
Serang, 28 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar